Chaeruddin#
BELOPA---Setiap orang tua tentu menginginkan bayinya lahir dengan selamat dan dalam kondisi sehat jasmani dan rohani. Segala cara ditempuh seorang ibu ketika sedang mengandung agar janin dalam kandunganya tumbuh dengan baik sehingga lahir dengan selamat dan sehat.
Sebuah kebahagian yang tiada taranya bagi sepasang suami isteri dan keluarga mereka kake dan nenek, jika doa-doa mereka terwujud memilik keturunan seperti diatas, lahir dengam selamat dan sehat, tanpa cacat dan mengidap penyakit apapun.
Mungkin itu bagi orang tua lain, bukan untuk sepasang suami isteri, Yusri dan Lisna, orang tua Ahmad Romansa, bayi yang baru berumur 6 bulan, anak terakhir dari empat bersaudara, bayi yang menderita penyakit Hidrosefalus sejak lahir, bayi yang menderita penumpukan cairan di dalam otak sehingga membuatnya tumbuh terlihat kurang normal dengan bentuk kepala membengkak, besar seperti laiknya kepala orang dewasa.
Wakil Bupati Luwu, H Amru Saher, mendengar kabar kondisi Ahmad Romansa dari salah seorang staf di Humas Pemkab Luwu yang kebulan tinggal sekampung dengan Ahmad Romansa di Desa Padang Lambe Kecamatan Suli.
Sekira pukul 12.00 wita, Amru Saher, mengajak Kepala Dinas Kesehatan, dr Suharkimin Sumar, melihat kondisi bayi malang ini. Ternyata kampung bayi ini cukup jauh dari perkotaan, untuk menuju rumahnya butuh berjalan kaki sejauh 500-an meter hingga menyeberangi jembatan yang hampir roboh akibat banjir yang terjadi baru-baru ini.
Beruntung dua warga yang menggunakan motor ojek gabah menghampiri rombongan Wakil Bupati Luwu dan mengantar satu persatu ke rumah Yusri dan Lisna. Tersentak perasaan ketika tiba di depan rumah mereka, melihat kiri dan kanan dinding rumah yang terbuat dari kayu dengan kondisi berlubang memunculkan tanda tanya dalam hati, apa pernah ini rumah diusulkan terima bantuan bedah rumah? Lalu hati ini menjawab, pasti sudah mungkin ada lagi warga lain yang lebih layak yang rumahnya rusak parah.
Saya yang ikut dalam rombongan membuka sepatu sebelum menginjakan kaki di lantai rumahnya sudah dicor semen meski bukan keramik. Tidak ada kursi mewah, hanya beberapa kursi plastik dan satu meja plastik di ruang tamu yang berukuran 3 m x 4 meter.
Tidak satupun dari kami yang duduk termasuk Wakil Bupati Luwu Amru Saher, semuanya langsung ke ruang keluarga, tapi sepertinya ruang ini juga digunakan ruang malan sekaligus dapur. Sedikit posisi sebelah kanan saat kami masuk, terlihat seorang perempuan menggoyangkan ayunan.
Ternyaya dia adalah Lisna ibu Ahmad Romansa bayi penderita Hidrosefalus. Kemunculan Wakil Bupati Luwu tidak menghentikannya mengayun anaknya, tidak seperti orang lain yang biasanya melihat pejabat seperti seorang Wakil Bupati yang sumringah atau bahkan seolah-olah senang dan mencari perhatian.
Entah tidak ingin membangunkan anaknya ketika dia berhenti mengayun atau karena dirinya merasa pemerintah tidak perlu lagi melihat kondisi mereka. Lisna terus mengayun, Amru Saher-pun mendekatinya.
Terlihat tulus dan mengalir, Amru Saher langsung menyentuh ayunan Ahmad Romansa. Kondisinya sangat menyedihkan, mengoyak jiwa. Badan yang kecil dengan kepala yang membengkak, besar seperti kepala orang dewasa.
Ada rambut tumbuh di kepalanya, matanya sipit bahkan terlihat tertutup. Mungkin dia tertidur, memang tidak terdengar rintihan apalagi tangis, pasti karena Ibunya, terus mengayun dan mengayunnya sambil menjawab pertanyaan dengan suara pelan, sesekali senduh, terdengar ingin menangis, dari Wakil Bupati dan Kadis Kesehatan Luwu
Lisna menjelaskan anaknya baru berumur 6 bulan. Usia satu bulan penyakit hidrosefalus yang diderita anaknya belum menunjukan tanda-tanda pada usia tersebut. Menjelang dua bulan, barulah ada keanehan yang muncuk di kepala anaknya. "Kepalanya terlihat membesar, dia juga rewel, tidak seperti anak pada umumnya," cerita ibunya.
Melihat tidak ada perubahan, malah kepala Ahmad Romansa makin membesar, diapun membawa anaknya ke Puskesmas Suli. Awalnya dia mengaku terkendala ekonomi untuk memeriksakan anaknya, pekerjaan sebagau buruh bagunan terasa sulit melakukan pengobatan dengan biaya besar.
"Awalnya kami tidak punya BPJS Kesehatan agar bisa berobat gratis, namun kami mencoba mengurus BPJS Kesehatan jalur mandiri, sampai sekarang itu yang kami gunakan berobat," ujarnya. Setelah mendapat pemeriksaan dokter di Puskesmas Suli, dokter akhirnya menyarankan untuk dilakukan perawatan lanjutan di rumah sakit, keluarga Yusri dan Lisna memilih berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sawerigading Kota Palopo.
Hasil pemeriksaan menunjukan penyakit hidrosefalus yang diderita Ahmad Romansa sudah cukup parah dan harus melalui penanganan lebih serius melalui jalur operasi. "Dokter di rumah Rumah Sakit Rampoang (Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sawerigading Kota Palopo) mengatakan anak saya harus dioperasi, harus dilakukan pemasangan selang dari kepala hingga tulang belakangnya, dan itu harus mendapat persetujuan dari keluarganya. Saya dan suami saya mencoba berkomunikasi termasuk ke keluarga kami, tapi hasilnya kami menolak," cerita ibu empat anak ini.
Dijelaskan, bayangan pemasangan selang dikepala hingga ke tulang belakang cukup meresahkan pikirannya dan keluarganya. "Entah seperti apa jadinya jika ada selang terpasang di kepala anak saya, bagaimana jadinya ketika besar nanti, apa ini bukan justeru akan menjadi penyakit dan menghambatnya kelak," ujar Lisna.
Meskipun tim dokter dari Puskesmas Suli dan Rumah Sakit Rampong telah menjelaskan selang yang dimaksud tidak seperti selang yang ada dalam pikiran keluarga Ahmad Romansa termasuk tidak ada dampak ketika besar nanti bahkan dijelaskan operasi ini sudah banyak yang menjalani dan sukses, banyak penderitanya sehat hingga besar bahkan memilik anak dan isteri, namun tetap ada ketakutan di keluarga Ahmad Romansa.
Mendengar cerita itu, Wakil Bupati Luwu dan Kadis Kesehatan, membujuk dan kembali menjelaskan terkait kondisi anak mereka saat ini. "Anak Ibu sudah cukup parah, dalam ilmu medis, harus segera ditangani dan itu hanya jalur operasi, jika dibiarkan kepala anak ibu akan terus membesar dan pada titik tertentu dia tidak bisa menahan hal tersebut," jelas dr Suharkimin Sumar.
Sementara Amru Saher, menjamin tidak akan ada biaya operasi dan biaya obat yang akan dikeluarkan dalam penanganannya nanti. Amru Saher sendiri secara langsung memerintahkan Kadis Kesehatan untuk memasukan nama keluraga Yusri dalam kepesertaan BPJS Kesehatan tanggungan pemerintah. "Jangan maki hawatir Bu soal biaya, pemerintah akan tanggung biayanya operasi dan pengobatan anakta, kasian kika dibiarkan, sudah enam bulan dia menderita, Insyah Allah, berdoaki semoga operasinya berhasil, kita sudah dengar penjelasan Pak Kadis Kesehatan tadi, dia juga dokter," bujuk Amru Saher.
Sambil ikut mengayun Ahmad Romansa, Wakil Bupati Luwu terus menghibur dan menjelaskan soal kondisi anaknya saat ini, dirinya berharap agar anak ini bisa seger ditangani medis. Sekira pukul 04.30 wita, kamipun pamit, sebelum beranjak keluar rumah, Wakil Bupati kembali menunjukan kepeduliannya dengan memerintahkan Kepala Desa Padang Lambe, Nasruddin Nasir agar memperioritaskan pemberian bantuan bedah rumah kepada keluarga Ahamd Romansa.
Di depan rumah mereka, Wakil Bupati Luwu bersama Kepala Dinas Kesehatan menyerahkan bantuan kepada orang tua Ahmad Romansa. "Saya berharap, pihak lain juga bisa ikut membantu, minimal biaya transpor, biaya makan orang tuanya ketika di rumah sakit nanti," ujar. Sebelum meninggalkan rumah mereka, Amru Saher lagi-lagi mengingatkan kondisi Ahmad Romansa kepada orang tuanya dan berharap segera memutuskan untuk melakukan operasi.
0 comments:
Post a Comment