![]() |
Wagub Sulsel saat membuka simposium sagu internasional, Sabtu, pagi ini. |
Agus dalam sambutannya, menuturkan, sagu adalah makanan nenek moyang. Namun seiring peningkatan ekonomi masyarakat, ada pergeseran kepada mengonsumsi beras. Bahkan sekarang, masyarakat cenderung makan bahan baku terigu seperti roti. Tapi sagu ini tidak boleh ditinggalkan, harus terus dilestarikan. Sebab sagu ini makanan sehat dan bisa diolah dengan beragam macam.
"Sagu di Luwu dan Papua, masih tumbuh secara alami. Namun demikian ada ketakutan ketika kita mendorong pemingkatan konsumsi sagu di masyarakat juateru kita akan kewalahan ketersediaan sagu," ujarnya.
Untuk itu, wilayah di Sulsel khususnya di Luwu Raya diharapkan mampu mempertahankan bahkan meningkatkan produksi sagu kedepan. Produksi sagu kedepannya diharapkan bukan hanya untuk makanan saja, tetapi dapat dimanfaatkan dalam bidang kesehatan seperti camputan obat-obatan.
"Kapurung bukan makanan kelas bawah, justeru kapurung makanan sehat. Nenek moyang kita makan kapurung. Sawerigading makan kapurung, dan kapurung ini makanan orang cerdas," tandas Agus.
Baca Juga: Sehari Cakka Bedah Sagu Bersama Civitas Unhas
Hadir dalam kegiatan ini Bupati Luwu, H Andi Mudzakkar sebagai pembicara, Ketua DPRD Palopo mewakili Wali Kota Palopo, Rektor Unanda, DR Marsus Suti, M Kes, serta sejumlah professor dalam simposium internasional tersebut, di antaranya Prof Yusran (Chairman of committee, Hasanuddin University), Prof Hiroshi Ehara (president of The Society of Sago Palm Studies, Japan), Prof Katsuya Osozawa (Sago Researcher/JICA Expert C-BEST Project Hasanuddin University).
Juga ada Prof Dwia Ariestina Pulubuhu (Rector of Hasanuddin University), Dr Muh Ramli (Director of Center of Technology (CoT), Hasanuddin University), Dr Makarennu (Head of Sago Study Team, Hasanuddin University) dan keynote speaker Dr. Muhammad Dimyati dari Director General of Strengthening for Research and Development, Ministry of Research, Technology and Higher Education. (CHE)
0 comments:
Post a Comment