Setelah gagal dalam penganggaran melalui dana APBD, Pemerintah Kota (Pemkot) Palopo tidak menyerah. Wali Kota Palopo, HM Judas Amir, terus berusaha mewujudkan pembangunan Menara Payung yang nantinya akan menjadi salah satu destinasi wisata terbesar di Sulawesi Selatan bagian utara.
Saat ini, Pemerintah Kota Palopo tengah berupaya mendatangkan investor besar untuk diajak kerjasama dalam pembangunan dan pengelolaan Menara Payung ini nantinya.
Salah satu investor yang saat ini tengah menjalin komunikasi dengan Pemkot Palopo yakni, PT Multy Tunjang Sukses, sebuah perusahaan besar yang berkedudukan di Jakarta.
"Satu investor yang saat ini siap bekerja sama membangum Menara Payung Kota Palopo, yakni Pak Arbain, selaku pihak dari perusahaan PT Multy Tunjang Sukses, sebuah perusahaan besar dari Jakarta yang siap menanamkan dana sebesar Rp86 miliar," ujar Kepala Dinas Pariwisata Kota Palopo, Renaldy, beberapa waktu lalu.
Renadly menjelaskan melibatkan investor dalam pembangunan merupakan hal biasa oleh pemerintah dan telah diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres) nomor 38 tabhn 2015 tentang kerjasama pemerintah dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur.
Kerjasama dengan PT Multy Tunjang Sukses ini dijelaskan Renaldy telah memasuki tahap konsultasi atau ekspose dengan DPRD Kota Palopo.
"Jika disetujui pemerintah bersama DPRD dan pihak PT Multy Tanjung Sukses akan membahas lebih lanjut hal-hal tehnis, termasuk lama kerjasama dan seperti apa proses pengembalian dana Rp86 miliar ini," ujarnya.
Dari hasil pantaun Kliknews.id, telah dilakukan ekposes oleh PT Multy Tanjung dihadiri langsung pimpinannya, Arbain, di ruang musyawarah DPRD Palopo. Hadir dalam pertemuan ini Wali Kota Palopo, HM Judas Amir, Ketua DPRD Palopo, Harizal A Latief dan seluruh anggota Komisi I DPRD Palopo.
Pada kesempatan tersebut, HM Judas Amir, menjelaskan jika pihaknya telah melakukan komunikasi dengan PT Multy Tajung Sukses. "Namun saya belum ada kesepakatan, makanya saya memfasilitasi mereka dan membahasanya bersama dengan DPRD, semoga disetujui karena ini untuk kepentingan bersama dan masyatakat kedepannya," jelas Judas Amir.
Menurut Wali Kota Palopo, latar belakang rencana pembangunan Menara Payung adalah pengembangan kawasan pariwisata yang merupakan bagian ekonomi yang multi dimensional yang diperoleh tetapi juga menyangkut persoalan sosial, agama, budaya, dan keamanan yang bahkan menjadi ruh pariwisata untuk diekploitasi menjadi daya tarik wisata yang mempunyaibdaya jual tinggi.
"Pariwisata berkembang menjadi industri pariwisata yang melibatkan kepentingan berbagai pihak antar daerah atau negara. Menara Payung Kota Palopo, dapat menjadi katalusator percepatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, karena Menara Payung Kota Palopo, bukan hanya sekdera monumen, namun jauh lebih jauh beberapa insftrastruktur penunjang dapat dijadikanvsebagai sentra ekonomi baru, khususnya undustri kreatif," jelasnya.
Kehadiran Menara Payung Kota Palopo lanjut Judas Amir akan menjadi landmark Kota Palopo dan bahkan menjadi ikon Tana Luwu, karena secara monumental Menara Payung Kota Palopo digali dan diangkat dari nilai-nilai luhur masyarakat Luwu, sehingga sejarah, epos, dan budaya Luwu akan terukir pada monumen ini.
"Adapun maksud dan tujuannya, pertama mewujudkan Menara Payung Kota Palopo sebagai simbol persatuan dan kebanggan Wija To Luwu, kedua menajdikan Menara Payung Kota Palopo sebagai salah satu destinasi eisata unggulan di Provinsi Sulsel, kemudian menciptakan landmark Kota Palopo yant memiliki nilai ekonomi, historis, dan sekaligus menajdi katalisator percepatan ekonomi untuk kesejahteraan masyaraka," ujarnya.
Rencana pembangunan Menara Payung Kota Palopo nampaknya tidak semulus yang diharapkan Pemkot Palopo selama ini. Meski telah mendapat investor yang siap mendanai seluruh bangunan tersebut, Pemkota Palopo harus mampu menyamakan persepai mereka dengan 25 anggota DPRD Palopo.
H Asli Kaspen misalnya, politisi Hanura ini menilai rencana pembangunan Menaya Payung belum saat ini dan tidak dibutuhkan di Palopo. Dirinya menilai proyek ini tidak masuk dalam skala perioritas pembangunan di Palopo. "Belum saat ini proyek ini berjalan, masyarakat tidak butuh Menara Payung," ujarnya.
Selain H Asli Kaspen, Anggota Komisi I, Dahari Suli juga menilai proyek Menara Payung tidak harus mendesak dilaksanakan. Ada beberapa pertimbangan yang harus diselesaikan oleh Pemkot Palopo sebelum tergesa-gesa menjalankan proyek ini.
"Lokasi pembangunan Menara Payung terdapat cagar budaya, kantor pos yang ada di depan Istama Kedatuan Luwu adalah cagar budaya, janhan sampai kita mengorbankan bangunan bersejaraj ini," ujar Dahri Suli yang juga adalah Ketua Fraksi PKB ini.
Selain itu, dirinya meminta Pemkot Palopo agar benar-benar mempelajari Perda RT/RW Kota Palopo. "Jangan sampai pemerintah melanggar Perda RT/RW, ini yang harus dikaji lebih dalam agar tidak ada diantara kita nantinya yang terjerat hukum ketika kegiatan ini berjalan," ujarnya.
Untuk diketahui, dalam proposal ajuan PT Multy Tanjung sukses mengajukan tiga macam site plan rencana pembangunan Menara Payung Kota Palopo. Dalam proposal tersebut, tertera biaya rincian anggaran pembangunan proyek ini total sebesar Rp86,790 miliar.
Luas lahan tempat pembangunan Menara Payung seluas 1,9 hektar atau sekira 19.713 meter persegi dengan luas bangunan, 6.000 meter persegi. Sementara tinggi menara dari lantai hingga ujung bangunan diperkirakan mencapai 99 meter.(che)
1 comments: